Dongeng Nusantara: Kisah Malin Kundang, Anak yang Durhaka
1. Hiduplah seorang janda bernama Mande Rubayah yang tinggal bersama anak laki-lakinya, Malin Kundang
Zaman dahulu kala ada sebuah cerita di sebuah perkampungan nelayan Pantai Air Manis di Padang, Sumatera Barat. Ada seorang janda bernama Mande Rubayah yang hidup bersama anak laki-lakinya yang bernama Malin Kundang.Mande Rubayah sangat menyayangi dan memanjakan Malin Kundang. Malin kemudian tumbuh menjadi seorang anak yang rajin dan penurut.Ketika Mande Rubayah sudah tua, ia hanya mampu bekerja sebagai penjual kue untuk mencupi kebutuhan dirinya dan anak tunggalnya. Suatu hari, Malin jatuh sakit keras, hingga nyawanya hampir melayang namun akhirnya ia dapat diseiamatkan-berkat usaha keras ibunya.Setelah sembuh dari sakitnya ia semakin disayang. Mereka adalah ibu dan anak yang saling menyayangi.
2. Saat dewasa, Malin memohon untuk merantau agar dapat mengubah nasibnya dan ibunya
Saat Malin sudah dewasa ia meminta izin kepada ibunya untuk pergi merantau ke kota, karena saat itu sedang ada kapal besar merapat di Pantai Air Manis.
“Jangan Malin, ibu takut terjadi sesuatu denganmu di tanah rantau sana. Menetaplah saja di sini, temani ibu,” ucap ibunya yang sedih setelah mendengar keinginan Malin yang ingin merantau.
“Ibu tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa denganku,” ujar Malin sambil menggenggam tangan ibunya.
“Ini kesempatan Bu, kerena belum tentu setahun sekali ada kapal besar merapat di pantai ini. Aku ingin mengubah nasib kita Bu, izinkanlah” pinta Malin memohon.
3. Mande Rubayah mengizinkan Malin untuk merantau, ia pun memberikan bekal nasi untuk Malin
“Baiklah, ibu izinkan. Cepatlah kembali, ibu akan selalu menunggumu Nak,” kata ibunya sambil menangis.
Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah mengizinkan Malin untuk pergi. Kemudian Malin dibekali dengan nasi berbungkus daun pisang sebanyak tujuh bungkus,
“Untuk bekalmu di perjalanan,” katanya sambil menyerahkannya pada Malin. Setelah itu Malin Kundang berangkat ke tanah rantau meninggalkan ibunya sendirian.
4. Mande Rubayah yang selalu mendoakan agar Malin selamat dan cepat kembali
Hari demi hari terus berlalu, hari yang terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi dan sore Mande Rubayah memandang ke laut.“Sudah sampai manakah kamu berlayar Nak?” tanyanya dalam hati sambil terus memandang laut.la selalu mendoakan agar anaknya selalu selamat dan cepat kembali. Beberapa waktu kemudian ketika ada kapal yang datang merapat ia selalu menanyakan kabar tentang anaknya.“Apakah kalian melihat anakku, Malin? Apakah dia baik-baik saja? Kapan ia pulang?” tanyanya.Namun setiap ia bertanya pada awak kapal atau nahkoda tidak pernah mendapatkan jawaban. Malin tak pernah menitipkan barang atau pesan apapun kepada ibunya.
5. Bertahun-tahun tak ada kabar, Mande Rubayah mendapat kabar Malin telah menikah dengan putri bangsawan
Bertahun-tahun Mande Rubayah terus bertanya namun tak pernah ada jawaban hingga tubuhnya semakin tua, dan kini jalannya mulai terbungkuk-bungkuk. Pada suatu hari Mande Rubayah mendapat kabar dari nakhoda yang dahulu membawa Malin, nahkoda itu memberi kabar bahagia pada Mande Rubayah.
“Mande, tahukah kau, anakmu kini telah menikah dengan gadis cantik, putri seorang bangsawan yang sangat kaya raya,” ucapnya saat itu.
“Malin cepatlah pulang kemari Nak, ibu sudah tua Malin, kapan kau pulang…” rintihnya pilu setiap malam.
Ia yakin anaknya pasti datang. Benar saja tak berapa lama kemudian di suatu hari yang cerah dari kejauhan tampak sebuah kapal yang megah nan indah berlayar menuju pantai.
6. Penduduk desa menyambut kapal yang datang, terlihat sepasang anak muda yang berdiri di anjungan
Penduduk desa mulai berkumpul, mereka mengira kapal itu milik seorang sultan atau seorang pangeran. Mereka menyambutnya dengan gembira. Mande Rubayah amat gembira mendengar hal itu, ia selalu berdoa agar anaknya selamat dan segera kembali menjenguknya, sinar keceriaan mulai mengampirinya kembali.
Namun hingga berbulan-bulan semenjak ia menerima kabar Malin dari nahkoda itu, Malin tak kunjung kembali untuk menengoknya.
Ketika kapal itu mulai merapat, terlihat sepasang anak muda berdiri di anjungan. Pakaian mereka berkilauan terkena sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi senyum karena bahagia disambut dengan meriah.
7. Mande Rubayah yang menghampiri dan memeluk Malin karena takut kehilangan anaknya lagi
Mande Rubayah juga ikut berdesakan mendekati kapal. Jantungnya berdebar keras saat melihat lelaki muda yang berada di kapal itu, ia sangat yakin sekali bahwa lelaki muda itu adalah anaknya, Malin Kundang.
Belum sempat para sesepuh kampung menyambut, Ibu Malin terlebih dahulu menghampiri Malin. la langsung memeluknya erat Malin karena takut kehilangan anaknya lagi.
“Malin, anakku. Kau benar anakku kan?” katanya menahan isak tangis karena gembira, “Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?”
8. Malin terkejut karena dipeluk oleh ibunya dan istrinya pun juga merendahkan Mande Rubayah
Malin terkejut karena dipeluk perempuan tua renta yang berpakaian compang-camping itu. Ia tak percaya bahwa perempuan itu adalah ibunya. Sebelum dia sempat berpikir berbicara, istrinya yang cantik itu meludah dan berkata,
“Perempuan jelek inikah ibumu? Mengapa dahulu kau bohong padaku! Bukankah dulu kau katakan bahwa ibumu adalah seorang bangsawan yang sederajat denganku?!” ucapnya sinis
Mendengar kata-kata pedas istrinya, Malin Kundang langsung mendorong ibunya hingga terguling ke pasir, “Perempuan gila! Aku bukan anakmu!” ucapnya kasar.
9. Malin tidak mengakui ibunya dan menendang Mande Rubayah hingga terkapar di pasir sambil menangis
Mande Rubayah tidak percaya akan perilaku anaknya, ia jatuh terduduk sambil berkata,
“Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak! Mengapa kau jadi seperti ini Nak?!”
Malin Kundang tidak memperdulikan perkataan ibunya. Dia tidak akan mengakui ibunya. la malu kepada istrinya. Melihat perempuan itu bersujud hendak memeluk kakinya, Malin menendangnya sambil berkata,
“Hai, perempuan gila! lbuku tidak seperti engkau! Melarat dan kotor!”
Perempuan tua itu terkapar di pasir, menangis, dan sakit hati. Orang-orang yang meilhatnya ikut terpana dan kemudian pulang ke rumah masing-masing. Mande Rubayah pingsan dan terbaring sendiri. Ketika ia sadar, Pantai Air Manis sudah sepi.
10. Mande Rubayah berdoa dengan hatinya yang pilu dan kemudian langit berubah menjadi gelap
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Dongeng Anak: Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih
Dongeng: Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih merupakan dongeng Melayu Indonesia yang berasal dari Riau. Kisah ini menceritakan tentang dua orang gadis kakak beradik yang me
The Ant and The Grasshopper (Cerita Semut dan Belalang)
Once there was a grasshopper who spent the whole summer singing and playing without a care in the world. While the grasshopper had fun, his neighbors, the ants, were busy gathering fo
Dongeng Timun Mas dan Raksasa, Cerita Rakyat Jawa Tengah
1. Hidup seorang janda bernama Mbok Srini yang kesepian dan mengharapkan kehadiran anak Dongeng Anak Nusantara: Timun Mas dan Raksasa© Disediakan oleh Popmama.com
Cerita Rakyat dan Perwatakannya
Cerita rakyat Cerita rakyat adalah cerita yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat atau di suatu daerah tertentu. Cerita rakyat bercerita tentang asal usul daerah, tempat
Kisah Abu Nawas dan Telur Unta yang Bisa Sembuhkan Sakit Raja
INILAH kisah Abu Nawas dan telur unta yang Bisa menyembuhkan sakit Baginda Raja. Bermula ketika Raja merasakan sakit di seluruh bagian tubuhnya. Untuk berjalan terasa berat hingg
Si Kura-Kura yang Sombong
Ada seekor kura-kura yang sombong dan merasa dirinya lebih pantas terbang dibandingkan berenang di perairan. Ia jengkel karena memiliki tempurung keras yang membuat tubuhnya terasa
Kebaikan Rogu Si Kura-Kura
Sore itu, Keke si kucing berjalan terseok-seok. Tidak lama kemudian, Keke berhenti. Keke duduk di bawah bangku taman. Keke bersedih tidak bisa pulang. Rogu si kura-kura datang menghampi
Tukang Koran
Enam tahun yang lalu, ayah Darman meninggal. Kini Darman menjadi yatim. Ayahnya meninggal karena kecelakaan lalu lintas, la mempunyai dua orang adik yang masih kecil- kecil, yang satu
Kelinci Kecil dan Burung Pipit
Penulis: Desri M. Putri “Aduh, sakit!” Suara Kelinci Kecil menggelegar di sudut kebun Pak Rusa. Wajahnya tampak seputih kapas dan titik-titik air mulai membanjiri matanya.
DARMAN DAN DARMIN Cerita Rakyat dari DKI Jakarta
Dahulu kala, di suatu daerah di Jakarta, tinggallah saudagar kaya bernama Pak Salim. Dia terkenal sebagai tuan tanah. Pak Salim mempunyai dua orang anak. Anak pertama bernama Darman d