(Bagian 1) Kelahiran Nabi Muhammad

Nabi Muhammad lahir pada tahun 570 M di Semenanjung Arabia. Sebagian besar kawasan Arab berupa padang pasir—luas, sunyi, dan tandus tempat bintang-bintang tampak besar pada malam hari dan orang-orang menggantungkan hidupnya pada tempat yang teduh, air dan kebaikan orang lain.

Pada saat itu di Arab terdapat tiga kota utama, yaitu Yatsrib, sebuah oasis besar yang sekarang bernama Madinah; Thaif, sebuah tempat yang sejuk di pegunungan yang terkenal dengan anggurnya; dan Makkah yang keadaannya jauh berbeda, terletak di lembah yang tandus.

Di Makkah inilah Nabi Muhammd Saw pertama kali melihat cahaya siang. Kota yang terakhir ini sekarang terkenal sebagai tempat kelahiran Nabi Muhammad Saw dan titik pusat dari ibadah haji. Makkah adalah penting pada zaman itu, karena kota ini merupakan persimpangan jalan beberapa rute perdagangan. Makkah menjadi lebih penting lagi karena merupakan tempat bangunan Ka'bah berdiri, tempat orang-orang datang dari jauh untuk beribadah.

Bangunan Ka'bah aslinya dibangun oleh Nabi Ibrahim As dan Ismail As yang hidupnya diabdikan hanya untuk Allah. Ayah Nabi Muhammad Saw, Abdullah, meninggal dua bulan sebelum kelahirannya, dan hal ini tentu membuat ibunya, Aminah, menjadi sangat sedih. Meski begitu ia merasa kuat dan baik-baik saja karena menunggu kelahiran bayinya. Ketika Muhammad lahir, Aminah mengirim kabar kepada mertuanya, Abdul Muththalib, yang sedang duduk di dekat Ka'bah sebagaimana yang sering dilakukannya.

Abdul Muththalib adalah kepala suku Quraisy, pemelihara Ka'bah, dan pelindung jemaah haji yang mengunjungi tempat suci ini. la dihormati dan disegani semua orang. Abdul Muththalib tidak seperti orang-orang Arab lainnya yang telah menyimpang dari ajaran Nabi Ibrahim As karena mereka telah menyembah berhala, ia adalah orang hanif atau orang saleh yang percaya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa dengan sepenuh hatinya.

Ka'bah aslinya dibangun oleh Nabi Ibrahim As dan Ismail As, yang telah mengabdikan hidup mereka sepenuhnya kepada Allah. Tetapi selama berabad- abad, orang-orang mulai menjauh dari Tuhan Yang Maha Esa dan membuat berhala-berhala di sana sebagai banyak tuhan yang lain. Pada masa Nabi

Muhammad Saw, Ka'bah dikelilingi 360 buah altar, patung, dan benda-benda pemujaan kepada berbagai dewa ini. Kabilah paling penting yang tinggal di Makkah dan sekitamya adalah kabilah Quraisy. Mereka adalah para pedagang yang mengontrol pengiriman air ke Ka'bah dan Makkah. Mereka mendapat keuntungan besar dari memberikan perlindungan dan menyediakan makanan bagi sejumlah besar pedagang yang membutuhkan, yang datang dari jauh untuk melakukan jual-beli, dan ribuan jemaah haji dari berbagai penjuru. Di tengah kabilah inilah Nabi Muhammad Saw dilahirkan.

Begitu diberitahu dan mendengar tentang kelahiran Muhammad, cucu laki-lakinya itu, ia sungguh bahagia dan mulai mencari-cari nama untuk bayi laki-laki tersebut. Akhirnya ia menemukan nama "Muhammad", sebuah nama yang tidak biasa yang artinya "orang yang sering dipuji" atau "orang yang pantas dipuji". Beberapa saat sebelum kelahirannya, orang-orang saleh berdoa agar diutus seorang nabi dan kelahiran Muhammad itu merupakan pertanda bahwa Allah mengabulkan doa mereka. Kitab suci Yahudi menceritakan seorang nabi yang telah diutus.

Pada malam kelahiran Muhammad, seorang pendeta Yahudi yang berada di Yatsrib melihat sebuah bintang menakjubkan yang tidak pernah dilihat sebelumnya. la memanggil orang-orang untuk berkumpul di sekelilingnya dan menunjukkan bintang itu sambil mengatakan kepada mereka bahwa seorang Nabi telah lahir. Ucapan itu pun segera tersebar.

Manusia Teladan

Allah meng utus para nabi ke dunia untuk menunjukkan jalan kehidupan bagi manusia. Itu sebabnya, mengapa Allah mengutus Nabi Muhammad Saw ke dunia ini. Namun, Allah juga tidak menghendaki manusia hidup seperti pertapa yang meninggalkan keduniaan, pergi dan tinggal sendiri di dalam gua atau di tengah hutan. Allah menghendaki Nabi menjadi teladan bagi manusia, Dia mempersiapkannya hidup di tengah manusia yang lain, seperti manusia biasa lainnya—untuk memiliki keluarga, bekerja untuk kehidupannya dan untuk memikul bersama-sama kesulitan, kesenangan dan kesedihan.

 Sumber: Nabi Muhammad: Penyempurna Para Nabi-Saniyasnain Khan, 2009