• SD NEGERI 006 BATAM KOTA
  • Belajar bahasa alam, bahasa manusia, dan bahasa komputer

Waktu Guru

Waktu guru kini diabaikan, guru dibebani tugas administratif. Keletihan profesi pada guru menurunkan mutu pembelajaran.

Suatu waktu, dosen pembimbing penulis bertanya apa rencana penulis setelah lulus. Penulis menjawab bahwa berminat menjadi seorang pengajar. Kemudian, beliau mengambil dan memberikan selembar fotokopian (ini sebelum zaman surel, apalagi pdf) serta meminta penulis mempelajarinya. Salinan ini sebuah esai pendek berjudul Time atau Waktu. Esai itu intinya menyampaikan pesan bahwa waktu merupakan harta paling berharga bagi seorang guru.

Di satu sudut pandang, apabila diukur dari sekadar waktu interaksinya dengan murid di kelas, tugas seorang pendidik tak memerlukan waktu yang lama. Di sudut pandang lain, ia harus menyiapkan pengajaran selanjutnya, merancang dan memeriksa tugas murid, mengembangkan diri, dan lainnya di luar waktu interaksinya dengan murid. Bahkan, ia kerap harus mengerjakan hal-hal ini di luar jam kerja, termasuk secara rutin harus mengerjakan di rumah saat malam atau dini hari.

Di kasus lain, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, tak jarang guru di daerah terpencil di Indonesia harus mencari tambahan pendapatan di luar jam kerja, seperti mengerjakan lahan pertanian, jasa transportasi, dan lainnya. Ini semua hakikat profesi guru dan pengelolaan waktunya.

Lalu, apakah waktu saat sekarang masih merupakan harta paling berharga dari seorang guru? Tulisan ini menunjukkan bahwa pascaCovid-19, premis menghargai waktu guru secara perlahan menjadi sebuah tantangan sekaligus khayalan.

Tindakan menyepelekan waktu guru justru menjadi semakin wajar. Tindakan tak menghargai waktu guru bukan saja dilakukan oleh mereka di luar dunia pendidikan, bahkan lembaga pendidikan dan sesama pendidik sendiri paling sering melecehkan waktu guru.

Dampak penambahan beban guru dengan tugas administrasi di luar jadwal kerja antara lain terjadinya professional burnout atau keletihan profesi di antara guru. Bahkan, keletihan profesional ditemukan lebih tinggi pada pendidik wanita (Ozamiz-Etxebarria et al. 2023). Mengejutkannya, terjadinya keletihan profesional di jajaran pendidikan dilaporkan lebih prevalent atau menyebar ketimbang di jajaran pelayan kesehatan.

Tonggak utama

Waktu merupakan tonggak utama dalam profesi keguruan. Bagaimana seorang guru mengelola waktunya, termasuk waktunya di luar jam kerja, akan secara langsung menentukan mutu pengajaran dan pengalaman belajar yang dialami muridnya. Maka, konsekuensinya, bagaimana institusi pendidikan sampai negara memahami pengelolaan waktu oleh guru ini akan berbanding lurus dengan bagaimana penghargaan negara terhadap profesi guru dan, ujungnya, pada mutu pendidikan secara umum.

Dalam menggeluti profesi keguruan, seorang guru harus secara berkelanjutan menjajaki berbagai hal baru yang dapat memperkaya keilmuan serta kecakapan mengajarnya. Memang, ada hal yang sudah ditetapkan dari manajemen atau pemerintah untuk diterapkan, tetapi seringnya justru hal-hal baru yang ia pelajari belum tergambarkan jelas manfaatnya bagi institusi. Apalagi pihak manajemen institusi pendidikan sangat mungkin belum melihat relevansi hal-hal baru tersebut dan manfaatnya bagi institusi.

Dalam hal ini, ada fakta setengah serius yang mengingatkan kita tentang penggunaan waktu guru. Jika Michelin yang merupakan sebuah pabrik ban saja dapat menyusun peringkat restoran, seorang guru bukan saja boleh, tetapi perlu untuk terus menginisiasi ide yang mungkin bisa jadi belum cukup relevan saat ini.

Hakikat profesi keguruan berkelindan dengan pengembangan akal. Tanpa harus diperintah apalagi diawasi, di luar kelas ataupun di rumah, seorang guru akan terus berkarya untuk pendidikan dan demi muridnya. Tanpa dimandori, ia selalu mencari cara agar siswanya dapat mengalami proses belajar lebih bermakna. Ia juga harus memeriksa tugas yang telah dikumpulkan siswanya di luar kelas.

Bagaimana seorang guru mengelola waktunya, termasuk waktunya di luar jam kerja, akan secara langsung menentukan mutu pengajaran dan pengalaman belajar yang dialami muridnya.

Di Indonesia, lebih unik lagi, guru juga harus memahami segala peraturan dan undang-undang tentang kepegawaian beserta nomornya. Dengan demikian, guru kenyataannya sudah mengelola sendiri jadwal kerja mereka dengan waktu 7 hari 24 jam yang diatur sebagai satu kesatuan. Maka, apakah administrasi dan birokrasi masih hendak memelototi dan menambah beban pada waktu guru lagi?

Lalu, pada 2019 akhir tetiba datang wabah Covid-19 yang mengusik dunia. Wabah ini berhasil memaksa manusia berkenalan sekaligus melahirkan tradisi berinteraksi secara maya dengan manusia lain. Interaksi jarak jauh menjadi sebuah kewajaran. Positifnya, sejak wabah itu, pendidik menikmati kesempatan berinteraksi seperti mengikuti seminar daring di tempat beda benua dan beda waktu. Batasan ruang, waktu, dan biaya diruntuhkan oleh wabah Covid-19.

Berbagai pertemuan dan diskusi akademik dengan topik kekinian dapat diikuti para pendidik dari rumah. Guru pun mendapat berbagai pengalaman baik mengajarnya dalam diskusi profesi di berbagai tempat. Keberhasilan membawa kegiatan pengembangan profesi guru ke dalam rumah ini harus diakui berdampak positif bagi profesi keguruan.

Namun, yang sering luput untuk disorot, ada harga mahal yang harus dibayar guru terhadap kemudahan berinteraksi melalui dunia maya. Fasilitas komunikasi dan interaksi daring secara perlahan telah mewajarkan tindakan menyepelekan waktu guru dan, ujungnya, menambah beban para guru.

https://cdn-assetd.kompas.id/eaf3KNjqm_eNdeJT-lrFUkhjfG4=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F12%2F20%2Fda618d4b-bafe-4614-93d7-0ac018fa54bf_jpg.jpg

Wabah Covid-19 lalu bukan saja telah mentransformasi cara mengajar guru, tetapi ia juga telah berhasil mengusik otonomi pengelolaan waktu guru. Bahkan, setelah wabah sudah sirna, tindakan tak menghargai waktu guru ini terus berlanjut dan, bahkan, semakin menjadi-jadi.

Perlu dicatat pula, sekarang administrasi semakin sering memberikan penjelasan sebuah aturan secara tak tertulis, tetapi melalui kegiatan daring dan direkam menjadi video. Para guru harus menyimak sajian yang sering kali secara daring.

Budaya tulisan telah bergeser menjadi budaya video. Dampaknya, yang sering dibagikan sekarang bukan lagi tulisan, tetapi salindia presentasi yang berpuluhan lembar. Misalnya, jika menanyakan sesuatu seperti kurikulum, pihak birokrasi akan merujuk pada salindia presentasi, bukan tulisan lagi.

Pelaksanaan rapat di luar jam kerja menjadi sebuah kewajaran. Bahkan, kewajaran ini juga terjadi di luar dunia pendidikan. Bukan itu saja, rapat juga tak jarang diadakan di akhir pekan atau hari besar. Bahkan, kegiatan pertemuan administrasi dapat diadakan secara tatap muka di luar jam kerja. Hari ini, hal-hal ini semua telah diwajarkan. Waktu guru yang sebelumnya dihormati, sekarang diabaikan. Menyedihkannya, sesama pendidik sendiri yang justru mewajarkan penyepelean waktu guru itu.

Dampak yang kita dapat amati hari ini, batasan antara waktu yang dapat dikelola oleh guru sendiri dan waktu yang diatur oleh manajemen dan birokrasi menjadi hilang. Sekarang, merupakan sesuatu yang wajar jika pihak manajemen mengirim pesan di malam hari atau pada akhir pekan, dan kita diharapkan segera menanggapinya.

Bahkan, sama sekali tak aneh jika menerima pesan pada Jumat petang untuk mengerjakan sebuah tugas administrasi yang harus tuntas di Senin pagi. Guru sekarang harus selalu available atau siap menjalankan perintah. Pada saat yang sama, ekspektasi terhadap guru semakin tinggi. Apakah praktik yang sedang diwajarkan ini searah dengan hakikat profesi keguruan? Apakah praktik ini akan membawa kebaikan bagi para siswa?

Sebuah studi menemukan bahwa administrasi dan birokrasi pendidikan memang telah berusaha untuk mendukung sekaligus realistis dengan ekspektasi pada guru saat wabah (Flanagan et al. 2024). Namun, para pendidik yang disurvei di studi ini berpendapat bahwa usaha dari administrasi belum cukup dan ekspektasi dari atas dipandang terlalu muluk, tak realistis.

Praktik menyepelekan waktu guru sekaligus menetapkan ekspektasi absurd telah merusak batasan antara dunia kerja dan kehidupan pribadi para pendidik.

https://cdn-assetd.kompas.id/MRuUzokDr4ltMAn9I2s0GboAQTU=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F08%2F17%2Fee2b57a6-2e8b-4fd9-a5cd-cb69f09b4be7_jpg.jpg

Menghargai

Kebijakan pendidikan harus memegang prinsip bahwa waktu guru merupakan tonggak utama pengembangan pendidikan. Tiap guru harus dipastikan memiliki keluwesan dalam mengelola waktunya. Ini syarat utama agar para murid berpeluang mengalami pembelajaran yang dirancang secara optimum oleh guru. Untuk itu, perlu ada upaya sungguh-sungguh membudayakan penghargaan bagi waktu guru.

Ke depan, pelaksanaan kegiatan administrasi seperti rapat perlu dipastikan diadakan di jam kerja normal. Tiap institusi pendidikan perlu mengusung kebijakan yang melindungi waktu guru dalam pengembangan diri sekaligus memenuhi kebutuhan pribadinya. Otonomi guru mengelola waktu merupakan syarat utama dalam pengelolaan pendidikan.

Wabah Covid-19 telah berlalu, tetapi pengaruh seriusnya pada well-being atau kesejahteraan guru masih berbuntut sampai saat ini. Keletihan profesi di antara guru telah menurunkan mutu pembelajaran. Administrasi pendidikan perlu mengalamatkan isu keletihan profesi ini. Khususnya, jika pengerdilan terhadap waktu guru tak ditangani, berbagai masalah baru akan mengimbuhi sejumlah isu klasik yang sudah ada, seperti kebutuhan ekonomi, tuntutan profesionalisme, dan kebugaran jiwa.

Iwan PranotoGuru Besar Matematika Institut Teknologi Bandung

Sumber: https://www.kompas.id

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Hidup Guru yang Sederhana dan Terukur dengan Konsep Frugal Living

Cerita dari Yulius Roma Patandean Hidup dan kebutuhannya akan selalu mendapatkan tantangan seiring perkembangan dan perubahan zaman. Era kecepatan teknologi informasi melalui digitalis

21/08/2024 10:40 - Oleh Admin - Dilihat 69 kali
Apa yang dimaksud dengan JURU, PENGATUR, PENATA, dan PEMBINA dalam golongan Kepangkatan PNS? 

Apa yang dimaksud dengan JURU, PENGATUR, PENATA, dan PEMBINA dalam golongan Kepangkatan PNS?  JURU Juru merupakan jenjang kepangkatan untuk PNS golongan I/a hingga I/d. Apabi

20/08/2024 20:43 - Oleh Admin - Dilihat 142 kali
Ipuk Minta PPPK Bijak Gunakan Gaji & Jangan Sampai Terjebak Jerat Pinjol yang Bunganya Mencekik

jpnn.com - BANYUWANGI - Bupati Banyuwangi, Jawa Timur, Ipuk Fiestiandani meminta para pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) bijak menggunakan gaji sehingga tidak sampai terj

05/07/2024 11:34 - Oleh Admin - Dilihat 127 kali
Manfaat ChatGPT untuk Guru

ChatGPT memiliki banyak manfaat untuk membantu guru dalam menyajikan pembelajaran ke murid. Ada banyak tugas yang bisa dibantu oleh ChatGPT. Namun, tugas-tugas yang bisa dikerjakan Chat

19/10/2023 11:55 - Oleh Admin - Dilihat 587 kali
Alasan Kaisar Jepang Menyelamatkan Guru Setelah Perang Dunia 2

TOKYO - “Berapa jumlah guru yang tersisa?” Kata-kata ini berasal dari mulut Kaisar Hirohito sebagai respon pertama yang Ia keluarkan setelah mendengar berita luluh lantaknya

30/08/2022 06:51 - Oleh Admin - Dilihat 29507 kali
Wapres Tegaskan akan Tingkatkan Kesejahteraan Guru

Memperingati Hari Guru Nasional pada Kamis (25/11), Wakil Presiden K.H Ma'ruf Amin menegaskan bahwa pemerintah akan terus meningkatkan kesejahteraan bagi guru. Wapres mengatakan peran g

26/11/2021 13:32 - Oleh Admin - Dilihat 391 kali
Bertema Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan dengan 8 Link Twibbon Hari Guru Nasional 2021

Hari Guru dan PGRI jatuh pada tanggal 25 November 2021 dirayakan dengan tema "Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan." Hari Guru Nasional pada mulanya ditetapkan oleh pemerintah Repu

24/11/2021 19:20 - Oleh Admin - Dilihat 466 kali